Gambar 1 Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan
Backpropagation
Umumnya pada setiap metode peramalan, sebelum melakukan peramalan pada periode-periode
kedepan, dilakukan dua proses
pembelajaran terlebih dahulu, yaitu proses training dan testing. Training
pada jaringan saraf tiruan Backpropagation merupakan proses pengaturan
nilai input serta bobot (weight)
(seperti dijelaskan pada Gambar 1) hingga didapatkan model yang optimal. Training pada jaringan saraf tiruan Backpropagation meliputi
tiga fase, yaitu: fase
pembelajaran (learning rate), fase maju (feed forward), dan
fase mundur (backpropagation) dari melihati error-error yang dihasilkan. Testing adalah pengujian kelayakan model yang telah diperoleh
dari proses training.
Dalam
pelatihan backropagation terdiri dari
dua proses yaitu feedforward dan backpropagation. Berikut dibawah ini
tahapan-tahapan backpropagation :
Langkah 0: Inisialisasi
bobot (mengambil bobot awal dengan nilai random yang cukup kecil).
Langkah 1: Jika kondisi
penghentian belum terpenuhi, lakukan langkah 2-9.
Langkah 2: Untuk
setiap pasang data pelatihan, lakukan langkah 3-8.
Fase I: Propagasi Maju
Langkah
3: Stiap unit masukan (xi,i = 1,2,…,n) menerima sinyal dan maneruskannya ke unit selanjutnya yaitu
lapisan tersembunyi.
Langkah 4: Menghitung
semua keluaran pada lapisan tersembunyi (Zj,i
= 1,2,…,p). Berikut persamaan
menghitung nilai keluaran :
Menggunakan fungsi
aktivasi sigmoid biner dalam
melakukan perhitungan output :
Kemudian
diteruskan output tersebut kesemua
bagian unit lapisan keluaran. Tahap ini dilakukan sesuai dengan banyaknya Note Layer.
Langkah 5: Menghitung
semua keluaran jaringan di lapisan output
(Yk,i = 1,2,….,m) dengan
menggunakan persamaan dibawah ini.
Fase
II: Propagasi Mundur
Langkah 6: Menghitung faktor δ unit output berdasarkan kesalahan di setiap unit output (Yk,i = 1,2,….,m)
Keterangan:
𝛿𝑘: Hasil koreksi error pada output
layer𝑦
𝑘
𝑡𝑘: Target output
𝑌𝑘: Hasil output layer
δ merupakan unit kesalahan yang akan
digunakan pada perubahan bobot layer dibawahya (langkah 7). Kemudian menghitung
koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki wjk) dengan learning rate α.
Kemudian
menghitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki w0k)
Langkah 7: Hitung
faktor δ note layer berdasarkan
kesalahan disetiap note layer (Zj,i = 1,2,…,p)
δ
unit tersembunyi (hidden):
Kemudian menghitung
koreksi bobot dan bias (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki v0j):
Fase III: Perubahan Bobot
Langkah
8: Setiap unit keluaran (Yk,k = 1,2,…,m) memperbaiki bias dan bobotnya (j =
0,1,2,…,p)
Setiap unit tersembunyi (Zj,i = 1,2,…,p) memperbaiki bias dan bobotnya (I = 1,2,…,n).
Langkah 9: Kondisi pelatihan berhenti sampai sebanyak iterasi yang sudah ditentukan atau sudah memenuhi nilai error toleransi.
Adapun normalisasi data dilakukan
agar output dengan fungsi aktifasi
yang digunakan. Pada tahapan ini
dilakukan proses normalisasi data dengan
cara menentukan data yang akan dinormalkan, lalu menentukan nilai yang paling
tinggi dan nilai paling rendah berdasarkan data yang ada. Pada penelitian ini menggunakan fungsi
aktivasi sigmoid biner. Karena fungsi
aktivasi sigmoid biner yang mempunyai
rentang nilai 0 hingga 1, maka setiap data input melakukan normalisasi atau
transformasi.
Normalisasi data dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :
Keterangan:
X’ = transformasi linear menjadi interval (0,1:0,9)
x = data yang akan diramalkan
a = data minimum
b = data maksimum
Setelah proses prediksi, maka akan
didapatkan nilai output atau hasil
prediksi, dimana data awal sebagai data input telah dilakukan proses
normalisasi atau transformasi. Jadi untuk data prediksi yang baru dihasilkan
perlu dilakukan proses denormalisasi. Proses ini disebut dengan post-processing, yaitu proses dimana
nilai output yang menghasilkan nilai
dengan rata - rata sama dengan nol, maka dalam proses ini akan mengembalikan
nilai tersebut sesuai dengan data awal atau data yang asli. Nilai output yang dihasilkan pada proses
simulasi adalah nilai dari data yang telah dinormalisasi pada langkah awal. Denormalisasi data
dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan :
X = data denormalisasi
x’ = data hasil normalisasi
a = data minimum
b = data maksimum
I. N. T. Adnyana, "Jaringan Syaraf Tiruan Model
Backpropagation untuk Peramalan Suhu Minimum dan Maksimum, Kelembaban, Tekanan
Udara, Jumlah Hari Hujan, dan Curah Hujan Bulanan di Kota Mataram," Journal
of Computer Science and Informatics Engineering (J-Cosine), vol. 3, no. 2,
pp. 127-136, 2019.
A. Zulhamsyah, "Penerapan Backpropagation Dalam
Memprediksi Produksi Kelapa Sawit Unit Kebun Marjandi," KOMIK
(Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer), vol. 3, no. 1,
2019.
H. Putra, "Penerapan Prediksi Produksi Padi Menggunakan
Artificial Neural Network Algoritma Backpropagation," JURNAL NASIONAL
TEKNOLOGI DAN SISTEM INFORMASI , vol. 6, no. 2, pp. 100-107, 2020.
M. Fajar, "Peramalan Produksi Cabai Rawit Dengan Neural
Network," no. 1-10, p. August, 2017.
G. Guntoro, "Prediksi Jumlah Kendaraan di Provinsi Riau
Menggunakan Metode Backpropagation," Informatika Mulawarman : Jurnal
Ilmiah Ilmu Komputer, vol. 14, no. 1, p. 50, 2019.
H. Putra, "Penerapan Prediksi Produksi Padi Menggunakan
Artificial Neural Network Algoritma Backpropagation," jurnal nasional
teknologi dan sistem informasi, vol. 06, no. 02, pp. 100-107, 2020.
Komentar
Posting Komentar